Kerajaan Aceh-Sejarah, raja, kejayaan Dan Peninggalannya
Kali ini kita akan membahas materi tentang kerajaan aceh yang meliputi sejarah, raja, kejayaan, dan penginggalannya Lengkap
Kerajaan Islam Aceh
Kerajaan Aceh Darussalam juga disebut Kerajaan Aceh dan Kesultanan Aceh. Penciptaan kerajaan ini terjadi tepat sebelum jatuhnya Kerajaan Samudra Pasai. Kerajaan ini selamat dari puncak kejayaan, di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Mud.
Artikel ini akan membahas sejarah penuh kerajaan Aceh. Termasuk sejarah kedudukan, kemakmuran, kerusakan dan peninggalan kerajaan ini. Berikut ini penjelasan untuk Anda:
Sejarah Berdirinya
Kerajaan Aceh didirikan bersamaan dengan penobatan Sultan Pertama Sultan Ali Mughayat Siya. Penobatan berlangsung pada hari Minggu, 1 Jumadil Aval 913 A.D. Di kerajaan ini adalah ibu kota Bandar Aceh Darussalam.
Ada catatan yang menyebutkan bahwa Kerajaan Aceh Darussalam diciptakan untuk melanjutkan kekuatan Samudra Pasay. Selama Kerajaan ini, sektor politik, sosial, ekonomi dan budaya berkembang pesat.
Sultan-Sultan Aceh
Sultan Ali Mugayat Syah
Mughayat Sultan Ali Shah adalah Ache Sultan pertama pemerintah. Dia memegang tampuk kekuasaan dari 1514-1528 M. Di bawah kekuasaannya, pemerintah termasuk Geng Aceh-Aceh Besar.
Selain itu, pemerintah Aceh juga melakukan ekspansi ke beberapa daerah di Sumatera Utara, di bidang energi dan Pasai. Sultan Ali juga menyerang posisi Portugis di Malaka dan juga menaklukkan kerajaan Aru.
Sultan Salahuddin
Salahuddin adalah putra Sultan Ali Mughayat Syah. Setelah kematian Sultan Ali Mughayat Syah, putranya melanjutkan aturan. Sultan Salahuddin memerintah dari 1528-1537. A.E.
Sayangnya, Sultan Salahudin tidak terlalu memperhatikan kerajaannya ketika dia berkuasa. Hasilnya, pemerintah tidak mampu pulih. Akhirnya, pada 1537 M, kekuasaan jatuh ke tangan saudaranya, Sultan Alaudin Riyat Syah.
Sultan Alaudin Riyat Syah
Sultan Alaudin Syah berkuasa dari tahun 1537 hingga 1568. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan dengan cepat berubah menjadi kota terkemuka pedagang Muslim internasional Asia. Pemerintah Aceh adalah posisi strategis sebagai kesempatan untuk menjadikannya tempat transit bagi rempah-rempah Maluku. Bahkan, pemerintah provinsi Aceh sementara itu terus berbenturan dengan Portugis.
Pemerintahan yang dipimpin oleh Alaudin Riayat Syah , juga telah memperkuat armada. Selain itu, pemerintah juga menjalin hubungan diplomatik dengan pemerintah Turki Ottoman.
Sultan Iskandar Muda
Di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan berada pada puncaknya. Iskandar muda, memimpin 1606 – 1636 M. Sultan Iskandar Muda meneruskan kemimpinan Sultan Alauddin Riyat Syah.
Iskandar muda memberikan terobosan baru kepada pemerintah. Ia menunjuk seorang pemimpin biasa untuk setiap suku dan mengembangkan pemerintahan (qonun), yang merupakan prinsip penuntun untuk mempertahankan dominasi di Kerajaan. Pada saat yang sama, pemerintahan Kerajaan Aceh berada di peringkat kelima di dunia setelah Kerajaan Islam Maroko, Isfahan, Persia dan Agra.
Pemerintah ini memenangkan pelabuhan perdagangan penting (di sebelah barat dan timur pesisir Sumatra dan pesisir barat Semenanjung Malaka). Selain itu, pemerintah Aceh juga membangun hubungan diplomatik dengan Inggris dan Belanda untuk melemahkan serangan Portugis.
Sultan Iskandar Thani
Sultan Iskandar Thani memerintah dari 1626-1641. Berbeda dengan ekspansi kesultanan sebelumnya, Iskandar Thani disibukkan dengan pengembangan internal.
Selain itu, sektor pendidikan agama Islam mulai tumbuh selama masa jabatannya. Itu dibuktikan dari lahirnya buku Bustanus salatin, yang dibuat oleh ilmuwan Nuruddin Ar-Raniri.
Meskipun Iskandar Tany hanya memerintah selama 4 tahun, Aceh terletak di tempat yang sunyi. Hukum Islam sebagai dasar hukum mulai menguat. Hubungan dengan wilayah yang ditaklukkan didorong oleh suasana liberal, bukan tekanan politik atau militer.
Keruntuhannya
Kerajaan ini mulai runtuh setelah kematian Sultan Iskandar Thani. Ini karena tidak ada lagi generasi yang mampu memerintah wilayah Kerajaan Aceh, yang begitu luas. Akibatnya, banyak daerah yang ditaklukkan, seperti Johor, Pahang dan Minangkabau.
Selain itu, ada perjuangan terus-menerus antara sekelompok ulama (teungku) dan kaum bangsawan (teuku). Perselisihan ini disebabkan oleh ketidaksepakatan dalam sekte agama (Sunnah Wal Jamaa dan sekolah-sekolah Syiah).
Meskipun demikian, Kerajaan Aceh tetap berlaku sampai abad ke-20. Kerajaan Aceh juga sempat dipimpin oleh beberapa sultan (ratu). Ratu yang memimpin Kerajaan Aceh adalah Sri Ratu Safiatuddin Tajul Alam (1641-1675) dan Sri Ratu Nakiatuddin Nur Alam (1675-1678).
Sayangnya, konflik yang sedang berlangsung dan menurunnya wilayah Kerajaan Aceh menyebabkan Kerajaan Aceh runtuh pada awal abad ke-20 dan berada di bawah kendali Belanda.
Peninggalannya
Masjid Raya Baiturrahman
Bangunan masjid ini masih menjadi kebanggaan penduduk Aceh. Masjid Agung Baiturrahman dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada 1612 Masehi. Terletak tepat di pusat kota Banda Aceh. Masjid ini dibakar selama agresi Militer Kedua dan akhirnya dibangun kembali oleh Belanda.
Ketika tsunami melanda Aceh pada tahun 2004, masjid masih dengan kuat melindungi penduduk yang mengungsi di dalamnya. Hingga saat ini, masjid ini terus berkembang atau diperbarui agar menjadi lebih indah. Akhirnya, masjid ini direnovasi agar terlihat seperti masjid Nabawi di Madinah.
Gunongan
Gunongan adalah bangunan yang juga dibangun oleh Sultan Iskandar Muda. Bangunan ini dibangun atas dasar cinta kepada putri Pahang (Putro Phang) yang dijadikan permaisuri oleh Sultan Iskandar Muda.
Karena cintanya yang besar, Sultan Iskandar Muda memenuhi keinginan Putro Phang untuk membangun taman sari yang indah yang dilengkapi dengan Gunongan.
Saat ini, Taman Sari dan Gunongan adalah tempat yang terpisah seperti Taman Sari, Taman Putro Phang dan Gunongan. Lokasi ketiga tempat ini hampir dekat dengan Masjid Agung Baiturrahman, sehingga Anda dapat dengan mudah mengunjunginya.
Masjid Indrapuri Tua
Masjid ini pada awalnya merupakan warisan dari kuil kerajaan Hindu di Aceh. Namun, pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, candi ini berubah menjadi fungsi masjid.
Anda masih bisa melihat bangunan-bangunan, mirip strukturnya dengan kuil-kuil, tetapi dalam kombinasi dengan nuansa Islami di Indrapuri, Aceh Besar.
Selain tiga tempat yang tercantum di atas, ada banyak peninggalan lain yang masih terjaga. Peninggalan berupa barang-barang seperti koin emas, senjata dan lainnya. Sementara itu, pernyataan pemerintah Aceh saat ini juga diterapkan menjelang malam pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
Demikian, kisah yang lebih lengkap tentang sejarah kerajaan Aceh. Terlepas dari kenyataan bahwa kerajaan itu runtuh sejak lama, pengaruh nilai-nilai dan peninggalan lainnya masih dipertahankan di antara masyarakat Aceh. Karena itu, kita harus menyimpannya.
Nama para sultan dari kerajaan Aceh masih diingat oleh penduduk Aceh hingga saat ini. Ini menunjukkan bahwa kerajaan ini memang mengukir bekas sejarah besar di tanah Renkong.
-Demikian ulasan dari kami tentang kerajaan aceh semoga bermanfaat terima kasih…
Artikuj të tjerë :
kerajaan-samudra-pasai-peninggalan-sejarah-dan-rajanya-yang-terkenal
sejarah-kerajaan-tarumanegara
cara-sholat-tahajud
hukum-membaca-niat
The post Kerajaan Aceh-Sejarah, raja, kejayaan Dan Peninggalannya appeared first on this page.